Thursday, December 3, 2015

Sepuluh Tahun (3)

Tulisan sebelumnya di sini

Trotoar becek ini terasa asing. Orang-orang pun tak satupun kukenal. Untuk kesekian kalinya kutoleh ke belakang, jalan lurus tempat dimana bus yang kutunggu akan datang menghampiri, tapi tak juga kudapati. Jarakku semakin jauh dengan tempat pemberhentian penumpang yang kutinggalkan beberapa saat yang lalu.

Kulihat di depan sana ada pertigaan. Ku lihat persis di belokan pertigaan seberang jalan yang menuju ke arahku muncul seorang anak laki-laki berseragam SMA berjalan diikuti anak perempuan dengan seragam yang sama berjalan di belakangnya. Terlintas dalam pikiranku, "sedang apa mereka jam segini masih memaki seragam?" tapi langsung kususul dengan jawaban "mungkin mereka pulang dari les, atau masuk sore, atau belajar kelompok". Sejenek aku berfikir jika harapan bangsa ini berada di pundak mereka-mereka yang masih berseragam.

Si laki-laki tiba-tiba berhenti, dan si perempuan yang di belakang juga ikut berhenti. Masih kuperhatikan mereka berdua tampak lucu dan mengingatkan masa lalu, masa remaja. Ketika si laki-laki berjalan, si perempuan di belakangnya juga ikut berjalan. Hahahah.. Aku kira mereka berjalan sendiri-sendiri, ternyata mereka berjalan bersama meskipun tidak berdampingan. Beda denganku yang sudah tiga jam duduk bersama seseorang tapi serasa duduk sendiri-sendiri.

Ketika sudah dekat, mereka berdua kompak menatapku. Pertama rasa malu muncul, tetapi timbul perasaan 'buat apa malu dengan dua remaja yang tak ku kenal ini'. Kutatap balik mereka satu persatu. Kata orang 'mata bertemu mata adalah pembuka suatu pertempuran, siapa yang berkedip duluan maka dalam peperangan selanjutanya akan kalah'. Aku tak mau kalah. Ketika sudah tepat berada di seberangku, mereka berdua malah berhenti . Si laki-laki berkacak pinggang mempertajam tatapannya ke arahku, dan si perempuan mengalihkan tatapannnya dariku dan menoleh ke teman laki-lakinya. Dulu sepertinya kami masih agak hormat pada yang lebih tua dengan tidak berani menatap matanya. Tapi apa yang menyebabkan mereka begitu berani, keberanian yang disia-siakan.

Aku pun ikut berhenti. Mungkin kalau tidak ada jalan raya yang memisahkan, sudah terjadi cekcok yang hanya diawali saling tatap ini. Tapi sejurus kemudian, si perempuan mendatangi temannya ini dan berbicara sesuatu yang tidak ku dengar. Aku pun mulai sadar, buat apa ngurusin hal-hal sepele seperti ini. Kutinggalkan mereka. Ku lanjutkan berjalan menyisir trotoar becek ini. Aku tak tahu apa yang terjadi di belakang sana karena ku putuskan untuk tidak mengindahkan mereka lagi. Mengalah bukanlah benar-benar kalah.

Aku terus berjalan sembari menunggu bus yang akan datang. Dan akhirnya trotoar lurus ini terhenti di pertigaan ramai ini. Banyak pedagang kaki lima, warung-warung kecil, angkutan kota yang kernetnya bertebaran mencari penumpang, tukang becak, tukang ojek, pejalan kaki dan lain-lain.

Sekarang terdapat dua jalan bercabang yang menunggu pilihanku. Ke kiri akan membawaku ke tempat yang sama sekali jauh dari tujuanku dan ke kanan akan membawaku beberapa langkah lebih dekat. Dan tentu saja ke kananlah pilihanku, karena hanyalah orang yang berada pada jalannya yang akan sampai pada tujuannya.

Ku tunggu beberapa saat di tempat penyeberangan. Setelah beberapa menit, lampu zebra cross yang hijau tanda kendaraan diharuskan berhenti memberikan kesempatan padaku untuk menyeberang.

Tapi aneh.. tidak ada satu orang pun yang menyeberang atau hanya perasaanku saja. Mungkin mereka memang tidak ada kepentingan menyeberangi jalan ini. Tapi saat ku seberangi jalan ini, ada perasaan 'mengapa sepertinya orang-orang ini memperhatikanku?' Anehkah orang berdiri sejenak satu dua menit di depan zebra cross menunggu saat yang tepat untuk menyeberang? Anehkah jika mengikuti aturan lalu lintas, tidak asal menyeberang?

Kutinggalkan mereka. Dan di sinilah aku, kembali ke trotoar lurus, tapi kali ini membujur dari timur ke barat atau sebaliknya. Ku balik tubuhku, masih dengan harapan datangnya bus dari jalan yang baru saja ku tinggalkan, jalan di depanku. Dan tetap masih belum tampak.

Semakin sore, meski waktu belum menunjuk pukul lima, tapi beberapa lampu jalan sudah dinyalakan karena cuaca masih mendung dan gerimis. Berapa lama lagi aku terjebak dalam keadaan seperti ini. Kesabaran ini benar-benar diuji. Berbagai hal yang berkecamuk di pikiranku sampai membuatku lupa akan hal indah yang menantiku di sana.

Hhhh... Hembusan udara sejuk dari belakangku, diiringi gemericik suara air membangunkaku dari lamunan. Kubalikkan tubuh, laut luas berada di depan mataku.

Bersambung di sini

No comments:

Post a Comment